Selamet Ari Wibowo: Reformasi Sektor Pangan Kunci Ketahanan Nasional

Anggota DPRD Kalimantan Timur, Selamet Ari Wibowo (Foto: Intan Komalasari)

Barometer.id – Anggota DPRD Kalimantan Timur, Selamet Ari Wibowo, menegaskan pentingnya reformasi sektor pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan yang lebih mandiri.

Ia mendukung inisiatif Kementerian Pertanian RI yang mendorong keterlibatan generasi muda melalui berbagai program, termasuk insentif dan gaji bagi millennial yang tertarik menggeluti dunia pertanian.

“Langkah ini sangat baik jika memang mampu mendongkrak ketahanan pangan nasional. Namun, implementasinya harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah, termasuk Kalimantan Timur,” ujar Selamet, Selasa (19/11/2024).

Ia menjelaskan bahwa ketergantungan terhadap impor pangan dapat diatasi dengan strategi yang berani. Salah satunya adalah mengizinkan harga pangan domestik naik sementara untuk menarik lebih banyak orang menjadi petani.

“Jika harga komoditas lokal meningkat, minat masyarakat untuk bertani juga akan naik. Awalnya memang ada tekanan, tapi dalam jangka panjang, produksi pangan meningkat, harga turun secara alami, dan kita bisa mencapai surplus,” ungkapnya.

Selamet juga menyoroti risiko besar di sektor ini, seperti potensi gejolak ekonomi dan sosial akibat kelangkaan pangan. Namun, ia menilai bahwa keberanian pemerintah untuk melangkah ke arah reformasi dapat menghasilkan sistem pangan yang lebih stabil dan mandiri.

“Ini memang urusan perut, sensitif, tapi kita harus berani mengambil langkah ke depan. Ketergantungan impor hanya membuat kita rentan terhadap krisis global,” tambahnya.

Menurutnya, reformasi sektor pangan bukan hanya tentang ketersediaan pangan, tetapi juga cara membangun ekonomi pedesaan dan memberdayakan generasi muda.

Dengan mengintegrasikan teknologi dan insentif, pertanian bisa menjadi sektor yang menjanjikan, terutama di daerah seperti Kaltim yang kaya akan sumber daya.

“Ketahanan pangan adalah fondasi kedaulatan bangsa. Dengan langkah-langkah konkret, kita bisa membangun sektor pertanian yang kuat dan mandiri,” pungkas Selamet.

Program-program seperti ini diharapkan tidak hanya mendorong minat generasi muda, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai negara agraris yang mampu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *