Barometerkaltim.id — Upaya menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Kalimantan Timur terus mendapat perhatian serius dari kalangan legislatif. Salah satu dorongan datang dari Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Andi Satya Adi Saputra, yang menyambut positif langkah Dinas Kesehatan Provinsi dalam menjalankan program Pelayanan Kesehatan Gratis (PKG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Menurut Andi, dua program tersebut merupakan bentuk nyata komitmen pemerintah daerah terhadap kesehatan ibu dan anak. Namun, ia menilai keberhasilan program tak cukup hanya bergantung pada pelaksanaan teknis di lapangan, tetapi juga harus ditopang oleh sinergi lintas sektor dan penguatan kebijakan kesehatan secara menyeluruh.
“Kami mengapresiasi langkah konkret Dinas Kesehatan Kaltim. Tapi untuk memberikan dampak nyata terhadap penurunan AKI dan AKB, diperlukan koordinasi lintas sektor dan kebijakan struktural yang kuat,” ujarnya, Kamis (22/05/2025).
Lebih lanjut, Andi yang juga seorang dokter spesialis kandungan, menyoroti kesenjangan akses layanan kesehatan di daerah-daerah terpencil. Menurutnya, pemerataan layanan kesehatan primer adalah hal mendesak yang perlu segera direalisasikan. Ia menyebut keberadaan Puskesmas Plus dan revitalisasi layanan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) harus diprioritaskan agar menjangkau wilayah dengan tingkat risiko tinggi.
“Wilayah dengan angka kematian ibu dan bayi yang tinggi harus mendapat perhatian khusus. Kita di DPRD telah mengusulkan tambahan anggaran untuk peningkatan SDM dan sarana medis di puskesmas-puskesmas terpencil,” jelasnya.
Tak hanya layanan dasar, sistem rujukan bagi ibu hamil risiko tinggi juga menjadi perhatian politisi muda dari Partai Golkar ini. Ia mendorong diterapkannya sistem rujukan berbasis digital yang memungkinkan pengolahan data secara real-time. Dengan demikian, penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.
“Kita butuh data yang dinamis, bukan laporan tahunan. Jika ada ibu hamil berisiko atau bayi dengan berat lahir rendah, sistem harus segera mendeteksi dan memberikan solusi medis yang cepat,” tegas Andi.
Selain itu, aspek edukasi juga dinilai tak kalah penting. Menurutnya, pemahaman ibu hamil terhadap kondisi kehamilan, bahaya komplikasi, dan pentingnya gizi merupakan kunci utama dalam pencegahan kematian.
“Edukasi adalah fondasi. Masih banyak ibu hamil yang belum tahu kapan harus ke fasilitas kesehatan atau seperti apa tanda bahaya kehamilan. Kita harus hadir memberi pengetahuan itu sejak awal,” ungkapnya.
Andi Satya berharap langkah-langkah yang tengah dijalankan, baik oleh pemerintah daerah maupun lembaga legislatif, dapat memberikan hasil yang nyata dalam waktu dekat. Ia menegaskan bahwa persoalan AKI dan AKB adalah tanggung jawab bersama, yang harus ditangani dengan serius oleh seluruh elemen masyarakat.
“Semua pihak, baik pemerintah, DPRD, tenaga medis, hingga masyarakat, harus bergandengan tangan. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi bukan sekadar program, ini adalah misi kemanusiaan,” tutupnya.(Adv/dprdkaltim/yhon)