Barometerkaltim.id – Masalah air bersih menjadi sorotan tajam dari Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Syahariah Mas’ud.
Saat mengunjungi daerah pedalaman Penajam Paser Utara (PPU), Ia mendapati kenyataan bahwa masyarakat masih mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
“Warga cerita ke saya, mereka minum air hujan karena tidak ada sumber lain. Setiap rumah punya tandon besar, ada yang sampai 30 sampai 40 tandon. Kalau musim kemarau, mereka terpaksa beli air dari kapal pengangkut,” ungkapnya.
Menurut Syahariah, kondisi tersebut sangat memprihatinkan. “Saya kasihan melihatnya. Masa di zaman sekarang air minum saja tidak ada? Saya sudah tiga kali menyuarakan masalah ini di forum resmi. Kita harus segera mencari solusi nyata,” tegasnya.
Ia menambahkan, opsi membuat sumur bor pun sulit dilakukan karena kondisi geografis setempat.
“Walaupun dibuat sumur bor, hasilnya tetap asin. Karena daerahnya mirip pulau, dekat laut. Jadi, solusinya harus lebih kreatif, mungkin dengan sistem pengolahan air atau suplai dari luar,” paparnya.
Syahariah berharap, pemerintah bisa segera merespons kebutuhan dasar tersebut.
“Kita ini daerah dengan anggaran besar. Tolong prioritas untuk masyarakat kecil yang bahkan untuk air minum saja masih kesulitan,” ujarnya.






